Resensi Padang Bulan

A.    Identitas Buku

1.      Judul buku            : Padang Bulan
2.      Pengarang             : Andrea Hirata
3.      Penerbit                 : Bentang Pustaka
4.      Kota Terbit            : Yogyakarta
5.      Tahun Terbit          :
-          Cetakan Pertama, Maret 2016
-          Cetakan Kedelapan, April 2016
-          Cetakan Kesembilan, Juni 2016
-          Cetakan Kesepuluh, November 2016
6.      Tebal Buku            : 309 Halaman
7.      Harga Buku           : Rp. 58.000



B.     Sinopsis Buku

            Padang Bulan adalah novel kelima Andrea Hirata setelah keempat novel tetralogi Laskar Pelangi yaitu Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Padang Bulan adalah bagian dari novel dwilogi-nya yaitu Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas yang tak kalah fenomenal dari novel-novel sebelumnya. Buku-buku yang ditulis pria kelahiran Pulau Belitung ini selalu menjadi buku Mega Bestseller di Indonesia sehingga tak heran banyak yang mengaguminya dan memburu novel karya tulisannya untuk dibaca bahkan dijadikan sebagai koleksi bacaan di rumah.

            Novel Padang Bulan bermula dari kisah seorang gadis kecil berusia 14 tahun, Enong namanya, yang sangat gemar pada pelajaran bahasa Inggris, namun secara mendadak terpaksa harus berhenti sekolah dan mengambil alih seluruh tanggung jawab keluarga. Enong jatuh, bangun, jatuh lagi, dan bangun lagi. Kisah Enong tidak sekadar kisah sebuah keluarga yang sederhana, namun tentang impian seorang anak kecil, tentang keberanian menjalani hidup, dan tentang seorang lelaki yang menjadi berantakan karena tragedi cinta pertamanya.

            Kisahnya berawal oleh kisah keluarga sederhananya yaitu kisah cinta Zamzami dan Syalimah, kedua orang tua Enong. Zamzami adalah seorang lelaki penyayang yang sangat mencintai istri dan anak-anaknya. Ia bekerja sebagai pendulang timah. Enong adalah anak sulung mereka yang sangat menyukai pelajaran bahasa Inggris dan bercita-cita menjadi seperti Bu Nizam, guru bahasa Inggrisnya.

            Namun diusianya yang masih sangat belia dan sebentar lagi baru akan menamatkan bangku Sekolah Dasarnya, Enong terpaksa harus di drop out dari sekolahnya dengan alasan yang begitu perih. Padahal Enong baru saja dibelikan Kamus Bahasa Inggris Satu Milyar Kata oleh Ayahnya. Kamus itu seakan menjadi semangat barunya dalam hidupnya. Namun, takdir berkata lain. Zamzami, lelaki penyayang itu telah pergi meninggalkan Enong dan keluarganya dengan begitu cepat bak petir disiang bolong. Ia meninggal dengan cara yang begitu tragis dan memilukan, tertimbun tanah di tempat kerjanya.

            Setelah sebulan kepergian Zamzami, persediaan beras telah habis dan memaksa Syalimah untuk berhutang pada tetangga demi menyambung hidup. Enong yang merupakan anak sulung, mau tak mau harus menggantikan posisi ayahnya sebagai tulang punggung keluarga. Pergilah Enong ke Tanjung Pandan dengan berjuta harapan agar segera mendapatkan pekerjaan disana. Sesampainya disana, tak seperti yang diharapkan Enong, sungguh sulit mendapat pekerjaan tanpa satupun ijazah digenggamnya. Kisah tentang betapa keberanian Enong menjalani hidupnya pun dimulai. Ia pontang-panting kesana kemari menawarkan jasa dan tenaganya namun terus mendapat penolakan karena fisiknya yang terlihat lemah dan lusu juga karena ia tak punya satupun ijasah. Setelah berhari-hari Enong berusaha semangat demi sebuah pekerjaan sampai-sampai dia berketa “Tak perlu digaji, tapi diberi makan,sehari sekali tak apa” namun percuma, tubuhnya tak tampak seperti orang yang sanggup untuk bekerja, ia ditolak lagi. Lalu malam itu Enong mulai menggelandang, malam itu Enong tidur beralaskan kardus di emper toko, uangnya tak dapat bertahan lama. Lalu esoknya ia masih mencoba menawarkan jasanya sekali lagi pada toko kelontong yang tampak seperti akan bangkrut. Tapi pemilik toko malah memberinya uang ongkos pulang ke kampong. Akhirnya, kembalilah dia ke kampong halamannya.

            Di dalam kisah lain, ada seorang detektif swasta yang cukup cerdas dalam menyelesaikan suatu masalah walaupun ia pernah beberapa kali tak naik kelas dan akhirnya berhenti sekolah saat SD. Lelaki itu bernama detektif M. Nur. Pembawaannya yang ramah dan humoris, membuatnya amat popular di kampungnya. Dia selalu dapat menyelesaikan kasus-kasus mulai dari hal kecil sampai dengan sesuatu yang rumit. Selain ahli dalam hal penyelidikan, ia juga memiliki keahlian yang jarang dimiliki oleh seseorang yaitu dapat melatih burung Merpati.

            Detektif M.Nur memiliki sahabat yang sungguh malang nasibnya.  Lelaki satu ini sedang berada dalam keadaan yang sungguh menyiksa batin dan perasaannya. Ikal namanya. Ikal sedang sangat merindukan ayahnya namun juga sangat kecewa dengan ayahnya. Ini semua bermula karena ayahnya tak pernah menaruh setuju padanya tentang menyukai ia yang menyukai seorang gadis Tionghoa bernama A Ling. Padahal bagi Ikal, A Ling adalah segalanya. Ikal sungguh mencintai gadis itu dengan tulus.

            Akhirnya karena tidak terima akan penolakan dari sang ayah, Ikal memutuskan untuk pergi dari rumah dan akan pergi meninggalkan kampung halamannya menuju Jakarta. Dan selama pelariannya sebelum bertolak ke Jakarta, Ikal menumpang di rumah kawannya, Mapangi. Sudah banyak yang datang padanya untuk mengajaknya pulang ke rumah, tapi ia tak ingin pulang. Setiap malam tiba, ia kesulitan tidur karena selalu mengingat wajah ayahnya yang selalu terbayang-bayang dalam pikirannya. Ia sudah melakukan hal bodoh karena cinta. Cinta kepada seorang gadis Tionghoa yang jelas-jelas berbeda keyakinan dengannya.

            Dengan tiba-tiba Detektif M.Nur mengabarkan kepada Ikal bahwa A Ling kekasihnya telah dilamar oleh seorang pemilik toko penjual gula dan tembakau bernama Zinar. Tambah meradanglah hati Ikal mendengar kabar buruk tersebut. Akhirnya, apapun akan dilakukannya agar kekasihnya itu jatuh kedalam pelukannya kembali. Termasuk melakukan hal-hal tidak waras dan diluar akal sehat manusia normal. Karena memang hal paling sinting yang dilakukan manusia di muka bumi ini berasal muasal karena cinta.

            Setelah kembali dari Tanjong pandan, Enong kembali merasakan hal yang memilukan. Ia begitu sedih melihat adik-adiknya yang terpaksa harus putus sekolah karena tak bisa membayar iuran sekolah. Enong pun semakin merasa bersalah karena sebagai anak tertua, ia belum juga bisa mendapatkan uang untuk keluarganya. Ditengah lamunan panjangnya sore itu, secara tiba-tiba Enong  mengambil sepeda dan mengayuhnya menuju sebuah Danau yang terletak tak jauh dari rumahnya. Disana ia melamun dan menangis. Ia hamper putus asa akan keadaannya. Ketika duduk di tepi danau dipandanginya dirinya yang menangis sedih. Namun kemilau kuarsa dari dasar sungai membuatnya memiliki ide yang cemerlang.

            Sepulangnya dari Danau, ia langsung mengambil pacul dan dulang milik ayahnya dulu. Kemudian langsung mencangkul tanah layaknya pendulang timah. Enong terus mencangkul dengan penuh semangat dan tak sadar separuh dari tubuhnya terendam di air lumpur. Dan pada saat itulah pendulang timah perempuan pertama telah lahir. Enong begitu bahagisa mendapatkan pekerjaan barunya yang tak memerlukan ijasah. Ia hanya harus mencangkul untuk mendapatkan sebuah timah lalu dijual dan mendapatkan uang.

            Keesokan harinya, Enong memulai lagi aktivitas barunya yaitu pendulang timah. Kampung yang ditinggali Enong memang terkenal sebagai salah satu penghasil timah terbesar di Indonesia. Hal itu diketahui karena sejak zaman Belanda menjajah Indonesia, pihak Belanda lah yang habis-habisan mengeruk seluruh isi perut bumi yang ada disana. Mereka mengeruk timah dengan alat berat yang sungguh canggih. Hingga sekali beroperasi akan mengangkut berton-ton timah. Sedangkan pekerja-pekerja Belanda saat itu adalah pemuda-pemuda yang ada di kampung Enong. Dulu, sejak jam 2 subuh mereka sudah harus bekerja di tambang untuk mengeruk timah. Hingga sudah sejak dulu diketahui bahwa mata pencaharian di Belitong adalah mendulang timah bahkan hingga sekarang. Namun mencari timah saat ini sangat sulit. Karena lapisan paling atasnya telah habis dikeruk Belanda pada zaman dulu. Sehingga dibagian atas hanya ada butiran-butiran pasir atau timah-timah dengen kualitas buruk yang rendah harganya apabila dijual.

            Impian Enong untuk kursus bahasa Inggris tak pernah ia lupakan. Walaupun ia bekerja sebagai pendulang timah, ia tetap menyempatkan diri untuk membuka Kamus Bahasa Inggis Satu Milyar Kata miliknya. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah majalah Muhammadiyah tercecer disebuah warung. Ketika hendak membuka dan melihat-lihat isinya, tak sengaja ia menemukan kolom sahabat pena yang sedang mencari sahabat dan Enong pun tertarik untuk menjadi sahabatnya. Merekapun menjadi sahabat pena yang saling mengirim dan membalas surat satu sama lain. Di dalam surat mereka saling bercerita tentang keadaan dan masalah masing-masing. Saling mencurahkan isi hati dan saling menguatkan satu sama lain.

            Enong selalu diberi brosur-brosur penawaran barang oleh pak pos di kantor posa tempat ia selalu mengirimkan suratnya. Semua jenis iklan dalam brosur itu selalu diterima dan disimpan. Koleksi yang paling Enong suka adalah brosur kamus-kamus bahasa Inggris terbaru. Ia selalu bercita-cita untuk membeli semua kamus bahasa Inggris yang ia sukai sehingga Enong lebih memperkaya kosa katanya dalam bahasa Inggris.

            Hingga suatu hari Ikal bertemu dengan Enong. Sebenarnya mereka tak saling kenal,namun Ikal mengetahui Enong lewat cerita-cerita orang lain tentang Enong sang pendulang timah perempuan pertama di Belitong. Saat itu Enong kesulitan mengartikan kata berbahasa Inggris yang ditulis sahabat penanya dalam surat. Ikal pun langsung mengartikan kata tersebut. Enong yang saat itu mendengar jawaban dari Ikal langsung menuliskan kata tersebut dalam buku tulisannya. Enong sungguh kagum pada Ikal yang ternyata bisa berbahasa Inggris.

            Setelah itu perbincangan anatar keduanya pun dimulai termasuk mengutarakan keinginan Enong untuk mengikuti kursus bahasa Inggris di Tanjong Padan. Lalu mereka bersama Detektif M. Nur berangkat dan sampai di Tanjong Pandan, mereka mendaftarkan enong dan melanjutkan perjalanan ke Jakarta melalui kapal Mualim Syahbana. Keesokan paginya, setelah berjalan menuju pelabuhan dengan tegas mereka mengatakan takkan ikut ke Jakarta bersama Mualim Syahbana dan memutuskan untuk kembali ke kampung dengan alasan A Ling dan Jose Rizal.

            Karena cinta matinya kepada gadis Tionghoa bernama A Ling itu, Ikal rela melakukan apa saja agar dapat menyingkirkan Zinar yang telah merebut pujaan hatinya. Segala pertandingan 17 Agustus ia ikuti untuk mengalahkan pria berperawakan tinggi dan tampan itu melalui kongkolikong Detektif M. Nur dengan kenalannya. Namun apalah daya, semua pertandingan yang ia ikuti selalu gagal. Sampai-sampai ia nekat menggunakan alat peninggi badan yang hamper merenggut nyawa dengan tujuan untuk menyamai Zinar. Karena merasa kalah telak dengan Zinar, akhirnya dengan berat hati Ikal memutuskan pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan dan melupakan segala kenangan indahnya bersama A Ling.

            Namun dalam hal yang tak terduga, tiba-tiba gadis Tionghoa itu muncul dihadapan Ikal dan menjelaskan bahwa ia tidak pernah bertungan dengan Zinar melainkan membantu keluarga Zinar mempersiapkan perkawinan Zinar dengan calon istrinya. Betapa bahagia hati Ikal mendengar penjelasan dari A Ling. Keesokan harinya, Detektif M. Nur mengungkapkan perasaan bersalahnya kepada Ikal melalui Jose Rizal. Ia juga meminta maaf atas kekeliruan informasi yang ia berikan. Ikal memaafkannya. Ia begitu bahagia karena telah berhasil menemukan kembali pujaan hatinya, A Ling.

            Tepat saat 23 Oktober sore hujan pertama turun, pada hari Ikal mendapatkan lagi A Ling dan ayahnya. Sambil menengadah dan merentangkan kedua tangan, kepada langit ia mengatakan: Ini aku! Putra Ayahku! Berikan padaku sesuatu yang besar untuk kutaklukan! Beri aku mimpi-mimpi yang tak mungkin karena aku belum menyerah! Takkan pernah menyerah. Takkan pernah!.


C.    Analisis Buku

1)      Kelebihan Buku

Menceritakan perjuangan seorang gadis kecil dalam memperjuangkan kehidupannya yang dapat membawa kita pada suasana haru yang menyedihkan. Dan dari kisah tersebut kita dapat mengambil hikmah atau mencontohnya agar kita lebih bersyukur dengan kehidupan kita sekarang atau lebih bersemangat dalam menjalani hidup seperti yang tokoh Enong lakukan. Bagaimana ambisi Enong dalam belajar bahasa Inggris juga dapat kita jadikan pelajaran atau dapat menumbuhkan semanagat kita juga dalam belajar.

Lalu cerita-cerita gila Ikal dan sahabatnya yang mengundang tawa bagi pembaca lewat kelakuan-kelakuan mereka. Ditambah lagi bumbu-bumbu percintaan yang sangat cocok untuk anak muda. Kisah Ikal dengan A Ling juga bisa disebut perjuangan dalam kisah cintanya. Dari situ kita mendapat pelajaran bahwa jika kita benar-benar mencintai seseorang, kita harus memperjuangkannya, menakhlukan segala rintangannya.

Kemudian ditambah lagi dengan pengenalan-pengenalan kebudayaan disuatu daerah yaitu Pulau Belitong, Tanjong Pandan dan Tanjung Pinang yang membuat cerita tidak monoton. Lalu memiliki ragam gaya bahasa, seperti Melayu, Indonesia sampai bahasa Inggris, namun yang mudah dimengerti oleh pembaca.

2)      Kekurangan Buku

Sayangnya tokoh A Ling seperti hanya numpang lewat, hanya sekilas. Seakan A Ling  di dalam kisah ini asal ada, tidak begitu jelas selama ia berpisah dengan Ikal, misalnya apa saja yang terjadi padanya dan bagaimana perasaannya. Lalu yang pada awalnya seakan Enong yang mendapatkan porsi lebih atau seakan tokoh utama, menjelang akhir bahkan pertengahan pun lebih banyak diisi oleh segala macam perbuatan Ikal atas nama cintanya kepada A Ling, Enong menjadi terlupakan.

Komentar

Postingan Populer