Surat cinta awal Desember
Barangkali
karena hawa dingin yang tak mau istirahat menyelimuti sepanjang hari
semusimnya. Barangkali lantaran Joesky –kucing milik Ko A Hong dalam kisah
berjudul Suatu hari hujan sangat deras, berselisih dengan Sely –kucing kampung yang
mampir sebentar demi mengenyangkan perut, sepanjang satu menit di pukul 23.45
lalu membuat orang dewasa yang sedang beristirahat risih dan akhirnya terpaksa
menyiram mereka dengan segayung air dingin sambil bersumpah serapah. Barangkali
firasat saat tergenggam oleh genggaman yang tak sehangat biasanya kala itu
adalah pertanda. Barangkali karena semua itu, tengah malam kemarin aku
terbangun lalu kamu hadir dalam pikiran, menggelisahkan insomniaku.
Mungkin semua
akan sama gelisahnya, ketika melihat orang paling disayangi diuji dengan
dijatuhkan sakit. Tubuh yang selalu bisa menguatkan itu melemah, senyuman yang
selalu menenangkan itu redup, dan tawa yang selalu menceriakan hari-hari itu
hilang. Lalu tak bisa berbuat apa-apa selain mendoakan. Dan pada keadaan ini
akan menyadarkan satu hal; bahwa melihat kamu dalam kebaik-baik sajaan saja
sudah cukup. Aku tahu tulisan ini tak akan menyembuhkanmu, juga rindu yang
tengah menumpuk di dada ini tidak mampu memulihkanmu. Namun, pada bait-bait ini
aku ingin memelukmu. Menemani sepanjang panas dingin tubuhmu. Menjagamu dalam
pikiranku; bahwa kamu adalah satu-satunya pria yang ingin kuyakinkan, untuk
terus mencintaiku.
Pada awal
Desember yang hujan kemarin, aku tak banyak meminta sesuatu kepada Tuhan selain
hanya memohon agar kamu diberi kekuatan untuk kembali sehat dan hanya terus
bersyukur masih dibersamakan dengan orang-orang yang kusayangi. Meskipun
sebenarnya tubuhku sedang kacau balau juga hari itu, sampai luput dari
perhatian. Tapi bagiku kamulah yang terpenting, karena dengan melihatmu dalam
kebaik-baik sajaan aku merasa kuat untuk hal apapun. Maka tetaplah sesehat
biasanya, sekuat biasanya, dan seceria biasanya. Agar kita bisa menikmati es cendol ditaman
kota tanpa harus rindu nanti, sambil melepas nelangsa tanpa harus bersumpah
serapah. Dengan wajah yang kesilauan diterpa semburat senja namun berhias
senyuman manja. Lalu termangu menikmatinya pelan-pelan, sambil memperhatikan
anak-anak kecil yang sedang bermain disekitar taman; agar kita bisa menikmati
semangkuk bakso di warung bakso langganan lagi tanpa harus rindu, sambil
melepas lelah tanpa harus jengah. Dengan wajah kusam akibat kuliah seharian yang
berhias tawa temaram. Kita nikmati bakso di mangkuk masing-masing dengan
tenang, sambil terus bercerita meskipun sama-sama sedang kepedasan, dan; agar
kita bisa menikmati perjalanan bersama lagi tanpa harus rindu, menunggu lampu
hijau di lampu merah sambil melepas sembilu tanpa harus tersedu. Dengan wajah
mengantuk namun berhias senyuman mengutuk. Kita duduk diatas sepeda motor
dengan damai, sambil terus saling menghangatkan sampai rasanya ingin; usah lah
kau berganti lampu hijau lagi, kepada lampu merah.
Pada awal
Desember yang hujan kemarin, sambil mendengar rintik hujan dari dalam kamar
yang dinginnya menembus sampai ubun-ubun, seantero pikiranku terinterupsi oleh
satu kenangan di delapan bulan yang lalu. Adalah Maret, yang membawaku menyebut
namamu dalam do’a untuk pertama kalinya sehidupku. Saat itu kamu jatuh sakit
sepekan lamanya. Dan entah kenapa aku begitu terdorong untuk bersikeras mendoakan,
padahal kita belum sebegitu dekat. Berawal dari situ, lalu setelahnya aku
banyak berbicara tentangmu dengan Tuhan. Kian hari kian bergejolak perasaan
dalam dada. Sampai pada April, permintaanku mulai bertambah dan doaku semakin
panjang. Di dalamnya ku selipkan surat cinta, yang tidak memaksa, begitu pasrah
namun penuh harap. Meskipun sebenarnya aku masih dalam kebingungan yang pelik
perihal sikapmu yang tak pernah sama, hingga aku seringkali berpikir beberapa
tingkahmu dan tragedi di kelas hanyalah bentuk keisengan semata untuk penyegar
kantuk. Maka disamping surat cinta yang bertele-tele itu selalu ku kuatkan diri
sendiri untuk tidak terlalu terbawa suasana, bilapun sudah terlanjur maka
jangan sampai jatuh dengan meyakinkan diri bahwa ini hanya perasaan tertarik
semata.
Dan ternyata
April habis, kami beranjak ke Mei. Doaku sepanjang April tak pernah sekalipun
terputus, kecuali karena datang bulan. Pada sembilan Mei, aku tak mempunyai
firasat apa-apa sejak bangun. Di ambang pagi yang dingin kujalani rutinitas
seperti biasanya; bangun pagi lalu sholat subuh, mandi lalu langsung segera ke
kampus demi kuliah pagi tanpa sempat sarapan. Karena gedung masih terkunci aku
duduk di teras depan, lalu tak lama kamu datang, duduk di depanku dengan
earphone yang hobi menyumpal telingamu saban hari. Sambil mengetuk-ngetukkan
jemari juga kaki mengikuti irama. Dan terkadang terdengar bibir yang ikut
bersenandung. Kelas dimulai namun dosen berhalangan hadir. Keadaannya kacau balau
hari itu, namun kuperhatikan dari jauh kamu begitu gelisah, kamu masih
mengenakan earphone. Terkadang kamu diam, mengumpati wajahmu di kedua tangan
yang kamu telungkupkan diatas meja. Lalu tertawa lagi dengan yang lain. Begitu kelas
habis, diluar kelas kamu menatapku begitu lama dengan tatapan yang selalu
begitu teduh. Kemudian aku melengos, berjalan duluan ke kantin samping kampus.
Tak lama kamu datang dan tiba-tiba duduk dihadapanku sambil cengar-cengir tanpa
dosa. Padahal biasanya tak pernah sudi duduk dihadapanku, selalu menjaga jarak
maksudnya. Tapi hari itu kamu buat pengecualian.
Setelah
selesai memesan sarapan, lalu melahapnya sampai habis. Kamu bercerita perihal
apa yang telah kamu mimpikan semalaman, meski singkat namun menyiratkan. Intinya
selama ini juga kamu telah meminta sesuatu kepada Tuhan, lalu malam itu Tuhan
memberi jawaban dengan memunculkan aku dalam mimpimu. Begitu selesai bercerita
mengenai mimpi itu, kamu menyatakan semua yang selama ini terpendam dalam dada.
Pagi itu, sekitar pukul delapan pagi; akhirnya do’a kita tengah beriringan,
langkah kita tengah sejalan, dan hati kita tengah genap. Surat cinta yang
sama-sama kita selipkan dalam do’a, masing-masing telah tersampaikan. Dan
setelah hari itu, kita telah melewati banyak hal bersama. Banyak cemas, banyak
rindu, banyak tawa, banyak juga tangisnya. Tapi itu semua ada untuk menciptakan
bahagia.
Pada awal
Desember yang hujan, saat Joesky dan Sely mulai saling berbagi makanan sambil
berteduh bersama tanpa berselisih lagi, kutuliskan surat cinta untuk pria yang
selalu berhasil menenangkan resah: Aku berdoa untukmu sebab aku mencintaimu. Aku
berharap kebaikan selalu menyertaimu, aku berharap Tuhan memudahkan juga
melindungi setiap langkahmu, aku berharap Tuhan takkan memberimu ruang untuk
bersedih lagi. Meskipun mungkin memahami aku adalah resah bagimu yang kadang
melelahkan lalu menyedihkan. Namun, jika memang kamu merasa lelah bertualang,
pulanglah pada tubuhku yang tabah mencintaimu lalu ceritakan segala sedihmu.
Karena kita akan tetap bersama, sampai nanti, sampai kita tak mampu untuk
menghitung hari. Maka tetaplah kuat sampai hari itu, tetaplah sehat sampai hari
itu, dan tetaplah mencintaiku seperti hari ini sampai hari itu. Hari dimana
kita tak mampu lagi menghitung hari. Aku selalu berharap dengan sungguh, semoga
semesta selalu mendekatkan kita dengan kebaikan-kebaikan yang baik.
December, 9th
Sumber
Pragmatic Play extends live casino partnership with
BalasHapusPragmatic Play 경상남도 출장샵 has 부산광역 출장안마 extended its presence in 남양주 출장안마 Europe 울산광역 출장샵 and the 서귀포 출장안마 US with a further extension with the release of its popular slot Pragmatic Play Live.